Investasi bukan hanya ada di pasar
modal atau membeli rumah saja. Kadang investasi juga berbentuk dalam lahan
perkebunan. Lahan perkebunan juga sudah menarik orang-orang berduit untuk membelinya
karena keuntungan yang sangat menggiurkan Lahan-lahan perkebunan yang menghasilkan
kelapa sawit, karet, maupun coklat.
Dalam hitungan 4-5 tahun,
perkebunan tersebut menghasilkan hasil yang banyak seperti getah karet, sawit
dan coklat. Hasil perkebunan tersebut bisa meningkat bergantung dari banyaknya bergantung
dengan hasil panen dan luas perkebunan. Katanya kalau kelapa sawit setidaknya
dapat mendapatkan untung 4 juta dari satu
hektar setelah dkurangi oleh biaya-biaya lainnya.
Untuk berinvestasi di perkebunan
memang membutuhkan biaya yang sangat besar sekali. Apalagi kalau kita membuat
perkebunan di daerah padat penduduk seperti Pulau Jawa. Harga tanah yang mahal
sekali pada penduduk yang padat. Kalau mau mencari tanah yang murah adalah
tanah yang jauh dari pemukiman hanya saja lebih rawan karena tidak ada
penduduknya. Oleh karena itu pengembangan perkebunan sekarang ke daerah-daerah
yang sepi dari penduduk seperti Kalimantan dan Sulawesi.
Hal lain yang paling di utamakan
adalah kesuburan tanah tersebut. Jika tanah tandus maka tidak bisa ditanami oleh
tumbuhan-tumbuhan produktif. Tanah yang gersang susah untuk diolah dan baiknya
untuk lahan gembala ternak saja atau perumahan. Tanah yang subur akan
menghasilkan hasil perkebunan yang berlimpah dari tanah yang biasa.
Setelah ada tanahnya maka si pengusaha
harus mengelola tanah tersebut. Biasanya petani membakar lahan tersebut karena
lebih sederhana. Pembakaran akan lebih cepat dan abunya dapat menjadi pupuk
alami. Risikonya pembakaran akan merembet kemana-mana maka akan membuat bencana
asap di daerah tersebut.
Setelah tanah diolah maka memilih
bibit-bibit yang baik. Jangan memilih bibit yang palsu karena akan merugikan
bagi si petani. Memilih bibit pada pembibit yang sudah terpercaya agar
mendapatkan bibit yang meghasilkan panenan yang belrimpah. Klaua dengan bibit palsu, kita akan menunggu
selama 4-5 tahun dan selalu membiayainya namun hasilnya tidak seberapa. Mungkin
untuk biaya panen saja tidak menutupi operasional perkebunan.
Dalam masalah investasi kebun
kadang ada factor keberuntungan. Ada yang menghasilkan panen besar namun
pengurusnya tidak jujur sehingga tidak mendapatkan hasil yang baik. Penulis
juga pernah mendengar bahwa ada pemilik kebun yang tidak pernah untung kareena
menyerahkan pada orang yang tidak dapat dipercaya. Si pengelola selalu menyebutkan bahwa mereka
mengalami kerugian terus saja. Hal ini karena pemilik tidak tegas dalam
mengelola perkebunannya. OLeh karena itu dalam berinvestasi ke keb harus
memperhatikan banyak hal dan lebih repot dari berinvestasi saham. Kalau saham
hanya membeli saham dan tinggal menunggu saham memberikan keuntungan.
No comments:
Post a Comment