Wednesday, January 22, 2014

Tujuan hidup menjadi tujuan keuangan kita

Kalau kita kekurangan uang, lalu apa yang kita kerjakan. Mungkin kebanyakan kita akan menekan pengeluaran karena hal itu adalah hal yang paling logis. Selain meminimalkan pengeluaran maka bisa saja kita melakukan  meningkatkan pengeluaran.
Seringkali buku, artikel, jurnal, menyarankan untuk meminimalkan pengeluaran. Bagi yang dulunya hidup boros mungkin hal itu adalah solusi yang paling tepat karena biar bagaimanapun seseorang kaya yang mempunyai gunung emas pun harus hidup hemat dan jangan boros apalagi orang yang miskin.
Sulit sekali bagi si miskin untuk berhemat sebab selama ini mereka sudah “berhemat”. Bagaimana caranya menghemat beras harga 6000. Apakah kita harus membeli beras dengan harga yang lebih murah lagi. Ketika kita sudah makan setengah piring apakah kita mau berhemat lagi. Hemat seperti ini tentu konsekuensinya menjadi lebih kronis. Seorang bisa menjadi kekurangan gizi. 
Untuk itu seorang juga harus memikirkan tujuan hidupnya. Tujuan hidup ini sangat penting dan akan mempengaruhi tujuan keuangan anda. Kalau anda ingin menjadi orang kaya saja mungkin anda bisa mengatur tujuan keuangan dan menabrak rambu-rambu norma hukum positif maupun hukum Allah. Anda menggunakan segala cara untuk mendapatkan kekayaan. Perbuatan anda manipulasi dan curang demi mendapatkan uang yang banyak.
Seorang harusnya berjalan lurus dan ingatlah bahwa rezeki itu tidak kemana. Ada perumpamaan seperti ini. Ceritanya Sahabat Ali ra pernah menitipkan seekor kuda pada anak kecil. Sang anak tersebut bersedia menjaga kuda tersebut namun ia tergoda dengan tali kekang yang dimiliki oleh kuda tersebut. Ia menjual tali kekang tersebut untuk satu dirham. Ali kembali dan ia melihat kudanya tanpa adanya anak kecil dan kudanya tidak memiliki tali kekang. Padahal Ali ra sudah berniat untuk membayarnya 1 dirham.
Pelajaran ini memberikan contoh bahwa seharusnya si anak mendapatkan satu dirham yang halal namun ia memilih satu dirham yang haram. Yakinlah bahwa jika kita sabar kita akan mendapatkan rezeki yang halal. 
Kita juga harus audit apa saja yang sudah kita lakukan selama ini. Apakah kegiatan kita tidak menambah penghasilan dan lebih banyak mengerjakan sesuau yang tidak penting. Kita harus mengubah yang sudah lalu untuk mencapai keberhasilan dan kemakmuran.
Ada kritik terhadap manusia Indonesia yang seringkali mengobrol tanpa ada tujuan. Mereka seharusnya bisa menggunakan waktu untuk hal yang produktif atau untuk beribadah. Kalau mau mengobrol juga bisa melakukan kegiatan seperti ketika sedang kerja bakti, atau sedang mengerjakan kerajinan.
Memang sulit sekali untuk mengidentifikasi mana yang kegiatan nilai tambah atau mana kegiatan yang mempunyai nilai tambah rendah. Kadang kalau kita membaca buku bisa jadi kita sedang membuang waktu karena kita membaca buku yang isinya sama (meski judul dan penulisnya beda, intinya sama)
Penulis juga masih mencari hal-hal yang positif bagi dirinya sendiri. Kadang memang penulis sudah menulis beberapa namun belum menghasilkan. Mudah-mudahan segala pekerjaan penulis bukan pekerjaan yang sia-sia. 

No comments:

Post a Comment